Lebah lebah menyebar ke luar sarang. Memburu pantat satu raja lalim. Yang suka menebang pohon sembarangan. Tanpa perhitungan yang masak. Membuka lahan dengan tidak memedulikan hutan. Yang kini sudah sangat gundul. Membiarkan para jahanam penjarah dari negeri seberang menguras kekayaan alam negeri. Lebah lebah berjumlah ribuan. Menyatukan sengat, kali ini sang raja harus jera. Dibuat babak bundas seluruh tubuhnya.
Lebah lebah baru setengah jalan.
Menuju istana penuh dengan putri putri bangsawan elok rupawan. Dan juga gundik gundik yang disimpan rapat agar rakyat jelata tak mengendus keberadaan mereka.
***
Satu lebah kehabisan napas. Terengah engah. Meminta time out. Bersiul tertahan, dimaksud kepada pemimpin operasi berjuluk ‘Serang Pantat Raja’. Dan seluruh tim mendadak berhenti. Memberi kesempatan satu lebah yang kelelahan. Memberi satu botol madu untuk lebah isap sebagai energi tambahan.
Melaju kembali kawanan lebah itu. Masih dengan penuh semangat. Berharap raja segera mengakui perbuatan dosanya. Tidak sekali sekali lagi melakukan kecurangan bagi negeri keseluruhan. Dan selalu mempertimbangkan masak masak apa yang akan diputuskannya.
Satu lebah gendut kentut. Konsentrasi seluruh tim terganggu. Dengung sayap lebah yang kompak melemah. Banyak yang menggerutu. Komunikasi kawanan lebah terganggu. Saling tuding, saling berprasangka. Dan pemimpin lebah menghentikan laju terbang tim. Ia menyuruh seluruh anggota turun ke bumi. Di bawah pohon rindang mereka mengurai permasalahan kentut ini.
Dan satu lebah gendut tadi diskors. Disuruh kembali ke sarang. Menemani Ratu Lebah, memohon maaf kepada sang ratu untuk tidak melakukan tidak diluar kesopanan.
Satu lebah gendut kembali ke sarang. Tim minus 1 kembali menuju istana.
Seratus meter lagi. Dekat dengan pintu istana yang di depannya membentang sungai dengan buaya buaya bergigi tajam. Memang, para buaya itu tidak memiliki sayap untuk menjangkau kawanan lebah. Tapi, lompatannya sungguh mengerikan dan mampu memakan musuh musuh yang hendak masuk ke istana. Belum lagi penjaga istana yang berjumlah dua orang, tegap dan berpakaian baju perang. Dengan wajah bengis yang diumbar ke segala penjuru. Membuat kecut mental semua yang ingin sekadar berkunjung ke istana.
Apa yang akan dilakukan pemimpin lebah dan anak anak buahnya? Berhasilkan misi pelumpuhan terhadap raja lalim?
***
Flight of Bumblebee (Seri 2)
Pemimpin lebah memerintahkan pasukannya memperlambat terbang.
‘Siap siap. Kita sudah dekat istana.’
‘Siap Komandan!’ seru seluruh pasukan.
‘Yang harus kita lakukan. Berdoa. Itu yang paling utama.’ pemimpin lebah memindai pasukan. ‘Mari kita bersama sama memohon kepada Tuhan, atas nama Ratu Lebah, atas nama Nabi Sulaeman junjungan kita, agar misi kita berhasil.’
Seluruh pasukan khusyuk. Suasana khidmat.
‘Karena agama kita sama. Tak perlulah kita berlama lama. Ucapkan doa sendiri sendiri. Tidak menurut ucapanku. Di dalam hati saja. Mulai.’
Angin bergerak pelan. Seakan menyetujui misi untuk memberi pelajaran bagi raja lalim. Semut semut di tanah, mendongak. Memberi sapa dengan anggukan yang bersahabat. Dua burung di dahan berkicau, memberi ucapan selamat bagi seluruh tim lebah. Wajah mereka tampak tengah memendam harapan. Tapi mengapa mereka, semut dan burung, tak bertindak jika melihat sang raja tak semestinya berlaku? Ah, itu hak mereka. Sibuk bekerja, mengurus anak anak, atau apa saja, tak perlulah dipikir oleh sepasukan lebah. Yang kini sudah bersiap melakukan gebrakan.
‘Di depan kita ada sungai. Kabarnya, ada buaya buaya. Pemakan apa saja.’ ucap pemimpin lebah.
Beberapa wajah pasukan lebah memasi.
‘Tapi tenang. Kita harus mencari akal.’ lanjut sang pemimpin yang memakai tombak berkepala trisula, disamping sengatnya yang terkenal ampuh membinasakan lawan.
‘Komandan. Bagaimana kita bisa melampaui buaya itu?’ tanya satu lebah.
‘Ini sedang aku pikirkan.’ sang pemimpin berpikir keras. ‘Ada masukan dari kalian?’
Riuh pasukan itu menjadi. Saling berkomentar, tapi tak ada keberanian satu persatu untuk unjuk tangan.
‘Nah, ini yang harus diperbaiki dari kalian. Jangan menggumam. Tunjukkan pendapat kalian. Itu penting. Satu masukan, akan menentukan keberhasilan kita. Ungkapkan ide kalian.’
***
Flight of Bumblebee (Bagian ke 3)
‘Alihkan perhatian si buaya!’ perintah komandan lebah. ‘Pecah jadi dua. Ke kanan dan ke kiri!’
Pasukan lebah menyebar. Menjadi dua. Si buaya muncul. Moncongnya panjang, giginya mengilat tajam. Siap menerkam musuhnya, para lebah. Ia bingung antara ke kiri atau ke kanan. Bergeraklah ia ke kiri. Separuh lebah di arah kanan bisa terbebas dari sang buaya. Berhasil menyeberang sungai.
‘Yang berhasil nyeberang, tunggu temannya. Yang belum, mundur hindari si buaya.’ perintah sang komandan lebah lagi.
Dengung semakin kencang. Separuh tim lebah arah kanan kembali menyusun strategi. Dipimpin oleh sang komandan.
‘Kalian yang sudah nyeberang, buat kekacauan! Pusingkan si buaya.’
Lebah lebah mengeluarkan suara yang sangat bising. Menarik perhatian si buaya yang bergerak ke arah kiri. Semakin nyaring suara lebah lebah.
‘Ayo kita nyeberang!’ teriak sang komandan. Memanfaatkan konsentrasi si buaya yang kembali terpecah.
Sejurus kemudian tim lebah sudah menjadi satu. Berada di seberang sungai. Meninggalkan buaya yang tak berhasil menyantap lebah lebah. Buntut si buaya menyabet permukaan air. Suaranya terdengar jelas. Tanda ia sangat marah karena diperdaya oleh sang komandan lebah. Dan, si buaya masuk ke dalam air. Berenang entah ke mana.
Tantangan selanjutnya kawanan lebah: penjaga pintu istana yang sangat bengis. Sangar. Apa yang akan komandan lebah dan tim lakukan?
Meribut di http://www.andhysmarty.multiply.com