Satu pohon besar dipuja seluruh warga. Berdiri gagah di pusat kampung, ia berasap setiap malam Jumat. Dan di hari tak disangka mengeluarkan darah dan suara rintihan. Mirip seorang gadis mati diperkosa lelaki gelandangan. Berbondong bondonglah, bergiliran, warga memberi sajian. Tak hanya bebungaan, tapi arak kadang juga perhiasan terbaik. Agar sang pohon tak memberi tuah, keburukan menjauh dari seisi kampung.

Kampung Widakara. Tak pernah kekurangan air, panen sepanjang tahun, tak ada kelaparan. Remaja bersama ayah dan ibu mereka bekerja giat di sawah. Wabah penyakit tak dibiarkan hidup, karena seluruh sudut kampung bersih. Jika pun ada satu dua warga yang jatuh sakit, dukun dukun segera bertindak menyelamatkan nyawa. Yang paling menakjubkan, tetua Kampung Widakara mewajibkan seluruh warga minum susu sapi teratur. Peternakan sapi di kota itu sangat banyak, tak ayal harga sangat murah.

***

Satu pemuda legam membuat onar. Berbekal kapak, ia menebang pohon puja. Seluruh kampung gempar. Ibu ibu menjerit, anak anak menangis, dan bapak bapak kalap ingin membakar si pemuda yang telah berani melenyapkan pohon keramat.

Pemuda itu lenyap. Tak ada di kampung lagi. Ia moksa. Anak kecil yang mengetahui kejadian itu. Si pemuda penebang pohon menuju ke langit, dengan sangat cepat. Lalu siapa yang harus disalahkan? Menanam pohon lagi, butuh waktu yang lama. Atau, beralihlah memuja bebatuan? Entahlah, tergantung pilihan, kesepakatan warga.

***

Pohon puja, pohon kenangan. Terguling di tanah, tak  bernyawa, tak mampu lagi memberi kasihan kepada warga. Dan, selanjutnya kebingungan melanda seluruh kampung. Butuh beberapa hari untuk memutuskan apa yang dilakukan. Hanya orang orang tangguh yang berani menunjukkan jika pengganti pohon puja adalah lebih kuat. Tanpa sesumbar, tanpa congkak. Itulah Ibrahim.

Meribut di www.andhysmarty.multiply.com

Terbaru di www.duniasirkusdannie.wordpress.com

Menggaul di www.facebook.com/Dannie.Travolta